INDERA BANGSAWAN: PATUH, PANTANG MENYERAH, RINGAN TANGAN, PEMBERANI - MUALIN SUFIAN: RINGAN TANGAN - RAKSASA GARUDA: JAHAT - PUTRI RATNA SARI: RINGAN TANGAN - PUTRI KEMALA SARI: PATUH - RAKSASA PEREMPUAN: RINGAN TANGAN - RAKSASA BURAKSA: JAHAT - RAJA KABIR: GAMPANG MENYERAH 4. LATAR TEMPAT: NEGERI KOBAT SYARIAL, HUTAN, TAMAN, DAN GUA 5. VDNvP2. Ringkasan Singkat Cerita Hikayat Indera Bangsawan dan Pesan Moralnya — Hikayat merupakan salah satu karya sastra lama yang berbentuk prosa dari Melayu. Hikayat ini juga biasanya berisi cerita, silsilah rekaan bukan yang sebenarnya, undang-undang, cerita keagamaan, sejarah, biografis atau bisa juga gabungan dari jenis-jenis cerita tadi. Pada kesempatan ini, Mamikos akan menginformasikan untuk kamu sekalian mengenai ringkasan singkat cerita hikayat Indera Bangsawan. Bukan hanya ringkasan ceritanya saja, Mamikos juga akan menginfokan apa saja pesan moral dari hikayat Indera Bangsawan tersebut. Singkatan Cerita Hikayat Indera Bangsawan serta Pesan MoralnyaDaftar IsiSingkatan Cerita Hikayat Indera Bangsawan serta Pesan MoralnyaPengertian dan Penjelasan Mengenai HikayatNilai yang Terkandung dalam HikayatRingkasan Cerita Hikayat Indera Bangsawan dan Pesan Moralnya Daftar Isi Singkatan Cerita Hikayat Indera Bangsawan serta Pesan Moralnya Pengertian dan Penjelasan Mengenai Hikayat Nilai yang Terkandung dalam Hikayat Ringkasan Cerita Hikayat Indera Bangsawan dan Pesan Moralnya Lach Di pembuka artikel ini, Mamikos sudah menyebutkan bahwa kamu akan mengetahui info terkini seputar ringkasan singkat cerita hikayat Indera Bangawan dan pesan moralnya. Jadi, apabila kamu penasaran dan ingin tahu seperti apa ringkasan singkat cerita hikayat Indera Bangsawan tersebut, pastikan untuk membaca ulasan Mamikos ini hingga selesai. Pengertian dan Penjelasan Mengenai Hikayat Hikayat merupakan salah satu karya sastra lawas yang berbentuk prosa dan berasal dari Melayu. Dalam hikayat biasanya terdapat cerita yang mengandung sejarah, rekaan, biografis, undang-undang, atau bahkan gabungan dari beberapa hal tadi. Selain untuk menyampaikan suatu nasihat atau pesan moral, hikayat juga berguna sebagai pelipur lara dan hati yang gundah, membangkitkan semangat juang hingga dipakai untuk sekadar meramaikan pesta. Karena hikayat ini asalnya dari Melayu, maka tentu saja ceritanya banyak ditulis dalam Bahasa Melayu. Meski demikian, ada banyak hikayat yang mengalami proses adaptasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa lain termasuk Bahasa Indonesia. Tujuannya tentu saja agar semakin banyak pembaca yang memahami dan terinspirasi dari pesan moral dalam hikayat itu sendiri. Nilai yang Terkandung dalam Hikayat Setelah penjelasan mengenai apa itu hikayat di atas, maka ini saatnya kamu tahu apa saja nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Beberapa nilai yang terkandung dalam hikayat tersebut sudah Mamikos rangkum dan cantumkan pada penjelasan sebagai berikut. Nilai-nilanya mencakup nilai moral, agama, sosial, hingga nilai budaya. a. Nilai Moral Nilai moral adalah sebuah nilai yang berhubungan erat dengan akhlak atau sikap baik dan buruk seorang manusia. Dalam hikayat, biasanya terdapat banyak sekali nilai moral yang terkandung hingga dapat dijadikan cerminan dalam bersikap dan berperilaku dalam menjalani kehidupan sehari-hari. b. Nilai Agama Kemudian ada nilai agama yang merupakan sebuah nilai yang berhubungan erat dengan kepercayaan tokoh karakter cerita hikayat akan keberadaan Sang Pencipta. Dalam hikayat sendiri banyak juga yang mengajarkan berbagai nilai keagamaan yang dapat diaplikasikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mempertebal keimanan kita. c. Nilai Sosial Nilai sosial adalah sebuah nilai yang berhubungan dengan relasi antarmanusia. Melalui cerita hikayat, kamu dapat banyak mengambil hikmah dan mempelajari tentang berbagai nilai sosial. Hal tersebut dapat melatih diri sendiri agar menjadi manusia yang mampu untuk bersosial dengan manusia lainnya dengan lebih baik lagi. d. Nilai Budaya Nilai budaya adalah sebuah nilai yang berkaitan erat dengan adat istiadat atau kebiasaan budaya yang berlaku di suatu tempat atau wilayah tertentu. Karena hikayat ini asalnya dari Melayu, maka kamu pun bisa banyak mempelajari tentang kebudayaan Melayu dengan membaca cerita hikayat. Ringkasan Cerita Hikayat Indera Bangsawan dan Pesan Moralnya Hikayat Indera Bangsawan adalah sebuah karya sastra yang ditulis oleh seorang penulis dan penyalin terkenal di masa itu bernama Muhammad Bakir pada 4 September 1894. Hikayat Indera Bangsawan ini ditulis dalam bentuk prosa dan berbahasa Melayu. Tulisan yang digunakan saat itu adalah tulisan Arab-Jawi. Dalam hikayat Indera Bangsawan terdapat sebuah kisah petualangan mengenai keberanian dan kegagahan Indra Bangsawan dalam aksi menyelamatkan Ratna Sari Bulan dari kejahatan raksasa bernama Buraksa. lndera Bangsawan merupakan seorang putra dari Maharaja Indra Bungsu, yakni penguasa Kerajaan Kobat Syahri. Indera Bangsawan memiliki seorang saudara kembar bernama Syahperi. Jika Syahperi lahir bersama sebuah anak panah, maka Indera Bangsawan lahir bersama sebilah pedang. Kedua saudara kembar ini dibekali ilmu mengaji serta mempunyai masing-masing kesaktian yang sama luar biasanya. Hingga pada suatu malam, Maha raja Indera Bungsu mengalami mimpi melihat putri-putri cantik sedang memainkan alat musik buluh perindu. Karena mimpinya itu, Maharaja Indra Bungsu memerintahkan kedua putra kembarnya untuk mencari apa yang dilihatnya dalam mimpinya tersebut. Pencarian Buluh Perindu Indera Bangsawan dan Syahperi pun menuruti perintah sang ayah untuk mencari buluh perindu. Namun ketika sampai di sebuah hutan, keduanya justru terpisah akibat hujan badai. Syahperi sampai di negeri yang dikenal dengan nama Anta Berahi. Tak disangka ia berhasil berjumpa dan menyelamatkan Putri Ratna Sari yang berasal dari Asikin. Hingga kemudian mereka akhirnya menikah. Indera Bangsawan sangat sedih karena terpisah dari kakaknya di dalam hutan. Hingga Indera Bangsawan sampai di sebuah gua dan bertemu dengan seorang nenek raksasa. Sang nenek itu lalu mengangkatnya sebagai cucunya. Indera Bangsawan lalu menceritakan tujuannya masuk ke dalam hutan. Tak lain adalah karena ia diperintahkan sang ayah untuk mencari alat musik buluh perindu. Tak disangka, nenek raksasa itu memiliki satu-satunya buluh perindu di dunia. Hanya saja, ia tak bisa menyerahkan buluh perindu itu pada Indera Bangsawan begitu saja. Sang Nenek lalu mengatakan ia baru bisa memberikan alat musik buluh perindu itu, jika Indera Bangsawan bisa mengalahkan raksasa bernama Buraksa. Saat ini Buraksa sedang menguasai negeri Antah Berantah yang rajanya wajib untuk membayar upeti pada sang raksasa. Dengan kegagahannya, Indera Bangsawan pun menyetujui untuk mengalahkan raksasa. Maharaja Kibar, raja dari negeri tersebut memiliki seorang putri bernama Dewi Kemala Sari. Ketika Indera Bangsawan berhasil mengalahkan Buraksa, sang Raja pun mengizinkan Indera Bangsawan menikahi putrinya tersebut. Karena berhasil mengalahkan Buraksa, Nenek Raksasa pun menepati janjinya dengan menyerahkan buluh perindu pada Indera Bangsawan. Ketika mendapatkan buluh perindu tersebut, Indera Bangsawan pun ingin segera kembali ke kerajaannya untuk memberikannya pada sang ayah. Dengan membawa buluh perindu dan istrinya, Indera Bangsawan kembali ke istana. Tak disangka di sana dia juga berjumpa kembali dengan kakaknya Syahperi. Pesan Moral dari Cerita Hikayat Indera Bangsawan Dari hikayat di atas, maka pesan moral yang bisa diambil adalah kita harus senantiasa menepati janji. Indera Bangsawan tetap menjalankan dan mencoba menepati perintah dari orang tua meskipun di tengah jalan mendapat sejumlah tantangan. Demikian informasi yang bisa Mamikos sampaikan mengenai ringkasan singkat cerita hikayat Indera Bangsawan dan pesan moralnya. Mamikos harap apa yang sudah kamu baca dan simak di pembahasan ini dapat memberikan inspirasi dan pemahaman baru terutama mengenai ringkasan singkat cerita hikayat Indera Bangsawan. Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu Kost Dekat UGM Jogja Kost Dekat UNPAD Jatinangor Kost Dekat UNDIP Semarang Kost Dekat UI Depok Kost Dekat UB Malang Kost Dekat Unnes Semarang Kost Dekat UMY Jogja Kost Dekat UNY Jogja Kost Dekat UNS Solo Kost Dekat ITB Bandung Kost Dekat UMS Solo Kost Dekat ITS Surabaya Kost Dekat Unesa Surabaya Kost Dekat UNAIR Surabaya Kost Dekat UIN Jakarta Hikayat Indera Bangsawan Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya. Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan. Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri. Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup. Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari mencari. Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata'ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya. Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. la naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Putri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. ltulah sebabnya la ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Raina Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya. Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. la sampai di suatu padang yang terlalu luas. la masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa lndera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir. Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian,negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri." Setelah mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu. Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala. Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu, Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa neneknya dan menunjukkannya kepada raja. Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteri pun sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan daya upaya. Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata kepada sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubah Buraksa akan menjadi suami Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indera Bangsawan. Indera Bangsawan diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil Jubah Buraksa yaitu dengan memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa datang hendak mengambil Puteri. Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu tanpa piker panjang Buraksa menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong. Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat ramuan daun-daunan dalam air minumnya. Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa. Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya. Sumber Buku Kesusastraan Melayu Klasik Apa amanat yang dapat dipetik dari hikayat di atas?

unsur intrinsik dalam hikayat indera bangsawan